Ada orang-orang hidup tanpa hirarki sosial, tanpa hak kebangsawanan atas tanah atau monarki, kadang bahkan tanpa pemukiman atau kota-kota. Tidak perlu waktu lama untuk menyimpulkan bahwa inilah sesungguhnya kondisi 'alamiah manusia'.

Minggu, 06 April 2014

Pindah ke ...

Sudah hampir setahun saya memutuskan mengelola blog baru dengan alamat : http://ekbess.blogspot.com/
Silahkan mampir :)
Blog ini tidak akan saya kelola lagi, sekedar menyimpan kenangan saya pada banyak hal sejak 2007.

Jumat, 19 April 2013

Rutinitas yang cukup menyenangkan atau apalah...


Besok, tepat 2 bulan saya bekerja sebagai pustakawan di salah satu perpustakaan yang lumayan nyaman, Perpustakaan Yayasan Bakti. Sebenarnya saya sempat rutin mencatatat kegiatan harian saya di sini. Tapi tidak kulanjut saat saya merasa bosan menuliskannya lagi. Hehehe... saya tipe orang yang akan pergi jika bosan. Kurang lebih seperti itu.

Oya kalau melihat judul postingan ini, pasti kalian bisa menebak saya sedang dipengaruhi sindrom Holden dalam buku The Catcher in the Rye yang senang mengatakan "atau apalah...". Hehehe...
Ya, saya memang baru tertarik membaca buku yang lumayan banyak diperbincangkan itu. Saya membacanya sudah lebih dari 2 minggu dan belum selesai juga. Tentu saja, karena saya hanya menyentuhnya saat berada dalam angkot menuju dan kembali dari perpustakaan ini. Itupun tidak lama. Saat saya mulai merasa pusing, saya menutupnya lalu menyimpan buku itu dalam tas. Kemudian lanjut mendengarkan musik melalui headset dari handphone ku. Sambil melihat kanan kiri, siapa tahu ada pemandangan yang berubah, meski itu nihil kadang-kadang. Kota ini, semakin membosankan, sepertinya saya harus menyusun rencana untuk pergi.

Dua bulan ini, menjalani rutinitas tentu saja membosankan. Tapi ada beberapa rutinitas yang menurut saya cukup menyenangkan.

1. Merajut di atas angkot atau menuntaskan buku bacaan.
2. Memilih berhenti di depan Taman Makam Pahlawan untuk melanjutkan angkot dengan rute tempat kerja. Saya punya kenangan kecil di sana.
3. Berjalan kaki menuju perpustakaan yang berada di jalan Mappanyukki dan tidak dilalui angkot. Saya selalu bertemu seorang pekerja bangunan yang cantik sekali. Tiap kali bertemu, kami bertukar senyum, dia tulus sekali. Serta seorang temannya, laki-laki yang tiap kali melihat saya, dia akan memberi salam dan hanya kubalas senyum. Ini menyenangkan, karena tak lama lagi, kita akan kehilangan ramah tamah seperti itu saat kota ini berubah semakin "moderen". Saya hanya ingin menikmati momen berbalas senyum dengan orang yang bahkan tidak dikenal sekalipun.
4. Ada 4 pengunjung perpustakaan yang hampir tiap hari datang. Semuanya laki-laki. Dan mereka memilih menggunakan internet daripada membaca buku, juga menggunakan fasilitas print atau scan dari perpustakaan ini. Yang menyenangkan adalah, saat saya mengecek data dalam fd mereka dan menemukan film. Tanpa sepengetahuan mereka, saya tentu saja meng-copy nya. Hehehehe... Sebenarnya bisa saja saya mencaritahu siapa nama mereka, dari buku tamu, tak sulit mencarinya. Tapi terlalu banyak hal yang menyenangkan daripada sekedar melakukan itu. :p
5. Berinternet sepanjang hari jika tak ada tugas. Saya bebas berkeliling dunia maya dan tentu saja menemukan musik dub dan chiptune baru ;)

Jumat, 22 Februari 2013

Selamat Ulang Tahun Nyomnyom



Saya baru sadar, bahwa orang kedua yang ingin saya ceritakan setelah cerita ulang tahun Sheni , ternyata sudah lewat, 16 Februari. Eugh, teman macam apa saya ini? Saya benar-benar lupa. Dan sialnya, di jaman iternet dengan sosial network yang hampir tiap hari kusentuh, entah kenapa tidak mengingatkan saya sama sekali. Seandainya tadi saya tidak mengeceknya langsung, mungkin saya tidak pernah tingat. :'(

Namanya Anna, kami suka memanggilnya dengan nama Nyomnyom. Dia teman yang paling banyak mempengaruhi hidurpku selama kuliah. Bagaimana tidak, sejak berkenalan di Biblioholic, saat saya masih mahasiswa baru, sampai sekarang saya belum selesai-selesai kuliah, dia tidak pernah bosan membantu saya, terutama dalam hal pekerjaan. Dari dia saya belajar banyak hal, terutama untuk bertahan hidup dengan cara yang tepat dan menyenangkan ;)

Kali pertama, dia mengajak saya bekerja sebagai asisten untuk mendampingi field trip 30 mahasiswa Seisen University dan Nagoya City University di Toraja. Kami belum begitu akrab waktu itu, tapi dia mempercayaiku untuk melakukan pekerjaan yang sama sekali belum pernah kulakukan. Hanya berbekal waktu itu saya masih di sastra Jepang dengan kemampuan bahasa yang sangat dasar, serta orang tua ku tinggal di Toraja. Saya belajar banyak hal terutama dalam menjadi seorang guide pada waktu itu, apa saja yang perlu diperhatikan, bagaimana cara bertanggung jawab pada mereka, dan sebagainya.Itu pengalaman pertamaku bekerja yang mendapat gaji.

Tidak sekali, setelah itu, saya semakin sering diberikan pekerjaan yang menurutku lumayan menyenangkan, hanya menemani para peneliti Jepang ke lokasi penelitian, saya bisa memperlancar kemampuan berbahasa Jepangku, sekalian jalan-jalan, dan dapat gaji tentunya. Hehehe...

Setelah saya memutuskan pindah jurusan kuliah, tentunya berhenti menjadi guide. Tapi Nyomnyom tetap menawariku berbagai pekerjaan, membuatkan ikat pinggang buku di tempat ia bekerja dan menjadi notulis, termasuk pekerjaan sekarang, pustakawan, dia yang merekomendasikan saya ke Marnie untuk menggantikannya selama Marnie cuti melahirkan. Saya senang karena bisa belajar mandiri dari dia. Saya menikmati hidup dengan ber-craft ria yang uang untuk membeli bahannya dari hasil pekerjaanku sendiri. Dari Nyomnyom saya juga belajar untuk tidak berhenti belajar pada banyak hal.


Saat tahu Nyomnyom mendapat beasiswa kuliah di Inggris, saya tak pernah ketinggalan membaca cerita-cerita perjalanan yang ia tulis di blognya. Dan tentu saja dari cerita seputar jalan-jalannya menjadi penyemangat bagi saya pribadi. Saya senang pada semua orang yang suka berbagi cerita melalui tulisan.

Layaknya seorang kakak perempuan, saya senang ketika Nyomnyom memberikan nasehat-masukan seputar banyak hal. Satu hal yang paling tidak bisa kutiru dari dia, kelincahannya. Saya heran apa yang Nyomnyom makan setiap hari sehingga saya tidak pernah mendapatinya tidak bersemangat, selalu lincah, apalagi kalau bercerita, sangat bersemangat. Saya ingin sekali seperti itu, supel dan ramah pada orang yang bahkan baru dikenal.

Saat membuka RnC Shop, Nyomnyom juga banyak membantuku, terutama dalam hal menyediakan buku-buku craft serta pola-pola yang ia print-kan dari kantornya. She is very very nice.

Tahun lalu, kami sama-sama terlibat di lapak gratis yang kami namai Don't Pay Its Free. Di sela kesibukannya bekerja, dia menyempatkan diri berbagi banyak hal. Itu yang kukagumi. Pertemanan kami baru sekitar 5 tahun, tapi saya merasa sudah sangat lama mengenalnya :)

Satu hal yang membuat saya merasa beruntung bisa mengenal Nyomyom dan Sheni, teman yang usianya cukup berbeda jauh dari usiaku adalah saya bisa belajar dari kesalahan yang mereka lakukan sehingga kata menyesal itu bisa kuhindari lebih cepat, tentu saja dengan menikmati hidup sesuai jalan yang kupilih sendiri.

Dear Nyomnyom, terima kasih untuk semua inspirasi dan berbagi. Selamat ulang tahun sekali lagi :)

Kamis, 14 Februari 2013

Selamat Ulang Tahun Chen Chen



Pas kelas Yubiyami

Saya punya dua orang teman yang kuanggap sebagai kakak perempuan dan sangat banyak memberi pengaruh dalam hidupku beberapa tahun belakangan. Nyomnyom dan Sheni. Tapi kali ini saya bercerita tentang Sheni lebih dulu, hari ini dia ber-ulang tahun.

Kali pertama kami bertemu di acara Minggu Ceria tahun 2009, saat itu dia masih berstatus pengantin baru ;) Saya juga berstatus baru saja menjalin hubungan personal dengan Kurns. Tapi saat itu kami belum berkenalan. Selanjutnya kami mulai sering bertemu di beberapa acara, di Idefix, beberapa kali ngobrol di lapangan basket saat malam, sampai pada kesepakatan menjadi partisipan rumah info linonipi. Kami pun banyak berbagi cerita. Berbagi banyak ide.

Sheni sangat suka kucing, sapi, dan penguin. Dia senang mengubah warna rambutnya. Kali pertama kami bertemu rambutnya merah, kali terakhir bertemu rambutnya berwarna ungu. Saya sangat suka pilihan warna rambutnya.

Sheni mengajarkan saya banyak hal, terutama craft. Dia yang mengajariku merajut pertama kali. Dalam kelas-kelas gratis di Linonipi. Serta berbagi di ruang perempuan. Selain Kurns, Sheni adalah orang yang paling banyak membantuku memaknai tentang kehidupan.

Tentu saja saya selalu mengagumi caranya menikmati hidup. Pada Sheni saya belajar untuk tidak menutup diri mempelajari banyak hal. Terlalu berlebihan kalau kubilang dia multitalenta, hehehe, tapi itu kenyataannya. Saya belajar masak, merajut, dan menjahit dari dia. Dia berbagi cerita, curhat, pengetahuan tentang obat-obatan, musik, dan mengenalkan teman-temannya yang keren.

Saat akan mengadakan Recycle and Craft Shop, dia yang paling banyak membantu, mulai dari ide, menemani berburu kain cakar, membeli bahan dan alat craft di Bandung, sampai mendekor kios.

Huaaa… kurang beruntung apa lagi saya punya teman sebaik Sheni?


Sekarang Sheni kembali menetap di Bandung. Dengan kesibukan baru belajar menggambar dan jadi Owner Skőll Bag. Padahal kami masih punya banyak proyekan menyenangkan yang belum terselesaikan, salah satunya bikin video recover lagu-lagu The Cranberries hehehe...

Satu bulan sebelum kembali ke Bandung, Sheni bercerita tentang keadaan Bapak tirinya yang sedang sekarat akibat bengkak di lehernya. Katanya, saat mendengar kabar itu dia menangis sambil berpikir bahwa ternyata ada banyak yang lebih kesusahan dibanding dirinya, selama ini dia mengira masalah yang datang terlalu berat. Mestinya kita bersyukur masih diberi kesehatan, tidak melulu bersedih hanya karena persoalan sakit hati dan semacamnya. Ya, hal-hal seperti itu yang membuat saya senang berteman dengannya, dia selalu berpikiran luas melihat satu hal.

Satu hari sebelum kembali ke Bandung, Sheni memberikan saya kenang-kenangan, gambar benang rajut dan jarumnya pada tangan kanan. Serta banyak bahan craft yang tidak ingin dia bawa ke Bandung ;)

Dear Sheni, selamat ulang tahun sekali lagi, selamat menang 3-0. Berharap bisa cicipi spaheti mu besok L

Kadang kita belajar satu hal pada banyak orang orang, tapi saya belajar banyak hal pada satu orang, kamu ;) Hehehe…

Kali ini tidak ada traktiran karaoke, tak ada Risma menempel di kaca toko kacamata dalam mall sambil menyanyi “I’m sexy and annoying” dan bikin penjaga tokonya menganga… Hehehe…

Rabu, 13 Februari 2013

Couchsurfing dan Saya



Salah satu impian saya adalah mengunjungi Eropa. Entah sejak kapan, tapi seingatku sejak saya belajar bahasa Jerman di bangku SMA saya selalu memimpikan suatu hari bisa mengunjungi Jerman dan negara terdekatnya. Belanda, Itali, Spanyol, dan Perancis bahkan jika bisa mengunjungi seluruh negara yang ada di benua Eropa sana. 

Sejak memantapkan diri bahwa saya ingin mewujudkan impian saya yang satu itu sebelum menikah, saya pun mencari banyak informasi mengenai bagaimana cara agar bisa mewujudkannya secepat mungkin. Tentunya dengan biaya paling sedikit. Salah satunya ya dengan belajar serius di kampus, mudah-mudahan pas selesai saya bisa dapat beasiswa belajar di Eropa, terserah di mana, hehehe. 

Saya tidak ingat kapan persisnya, saya mulai membaca buku buku perjalanan yang judulnya tak jauh-jauh dari kata kunci traveling atau backpacker. Sekitar dua tahun lalu kalau tak salah. Tiap kali ke toko buku, saya langsung menuju rak yang temanya jalan-jalan. Saya juga mulai meng-subscribe tulisan dari web Trinity the Naked Traveler (pecinta jalan-jalan pasti kenal dengan ini) dan berlangganan info terbaru maskapai penerbangan murah. Jadi tak perlu repot, cukup cek email tiap hari. Hehehe. Tentu saja saya tak punya uang banyak untuk memborong semua buku mengenai jalan-jalan yang semakin hari semakin beragam judulnya itu. Saya cukup meluangkan waktu untuk menuntaskannya di tempat. Paling tidak info dan tips nya lumayan menjadi bekal. Lalu saya menemukan buku : Backpacker Untuk Wanita. Nah, di situlah saya menemukan informasi mengenai keberadaan web yang super membantu ini, Couchsurfing. Dikatakan bahwa ini salah satu cara untuk melakukan perjalanan murah. 

Alamatnya www.couchsurfing.org. Saya bergabung sejak November 2011. Hal menarik dari Coucsurfing atau singkatannya CS adalah kita bisa berbagi tempat tinggal sementara dalam melakukan perjalanan pada siapa pun yang ingin mengunjungi kota kita. Begitu juga sebaliknya, kita bisa menumpang tinggal di tempat CSer sebutan untuk pengguna CS di kota yang akan kita datangi untuk sekedar berjalan-jalan. Tentu saja gratis. Bahkan kita dilarang untuk memberikan atau menerima uang dari sini. Bukan cuma tempat menginap,  kita bahkan terbantu karena kita bisa bertemu dengan orang lokal yang bisa memudahkan perjalanan kita khususnya mengenai penjelasan tentang rute atau tempat menarik yang bisa kita kunjungi di kota tersebut.

Di web ini kita diminta untuk menuliskan keterangan sejelas-jelasnya mengenai profil pribadi. Kenapa ini penting? Karena kita akan saling mengenal satu sama lain dan bisa membayangkan jika seandainya kita bertemu dengan orang yang akan jadi tuan rumah atau orang memilih kita sebagai tuan rumahnya kira-kira kita nyambungnya ngobrol tentang apa saja. Makanya harus dijelaskan, siapa kamu, kamu tipe orang yang seperti apa, suka dengan tipe orang yang bagaimana, apa bacaan, musik, dan aktivitas kesukaanmu. Tentu saja karena semua orang bisa melihat dan mengenali kamu dari profilmu, makanya sebisa mungkin jelas dan jangan berbohong.

Saya sendiri sampai saat ini belum pernah mengirimkan permintaan menginap di teman CS ku. Saya berpikir selama saya jalan-jalannya ke tempat yang kira-kira ada kenalan atau teman, kenapa tidak saya mengunjungi mereka saja dulu. Toh saya juga belum banyak melakukan perjalanan hehehe. Tapi saya sudah sering menerima permintaan menginap atau jadi host dari teman-teman CS. Tiap kali ada permintaan jadi host, saya terlebih dahulu membaca baik-baik profil mereka. Pilih-pilih juga penting loh, kekhawatirannya adalah jangan sampai kalian tidak nyambung pas bertemu hehehe. Tapi selama ini yang mengirimiku request selalu kuterima selama saya tidak sibuk karena tentu saja mereka juga sudah membaca baik-baik profil mengenai saya, dan memang saat mengirimkan request orang itu diminta menyebutkan hal apa yang membuat mereka tertarik untuk bertemu dengan saya. Dan itu poin paling penting menurutku. 

Bergabung dengan CS tidak melulu kita harus menyiapkan tempat menginap, kita memiliki hak untuk tidak memilih itu. Ada beberapa pilihan, apakah tempat kita bisa ditempatkan untuk menginap, sekedar berkunjung dan ngobrol sambil minum kopi teh, atau MAYBE. Dan saya memilih yang pilihan terakhir. Sebab saya sendiri tidak punya tempat menetap  di Makassar, saya selalu berpindah kos. Jadi selalu tergantung situasi dan waktunya. Seperti misalnya, saya menerima request pertama kali dari cewek Italy namanya Semira. Saat itu saya sedang sering-seringnya menginap di Kedai Buku Jenny. Setelah saya tanyakan sama empunya tempat apakah bisa menerima tamu lagi, dan dia mengiyakan, maka saya pun menerima requset Semira tentu saja dengan menjelaskan kondisi tempat yang akan ia tempati bagaimana terlebih dahulu. Ya kurang lebih seperti itu, semua harus dibicarakan dengan jelas terlebih dahulu. Makanya jika ingin mengirimkan request kalau bisa jauh-jauh hari. Tapi kadang ada juga yang mengirimikan request super cepat dan mendadak. Balasanku ya tergantung waktu yang saya bisa.

Hingga hari ini saya sudah menjadi tuan rumah untuk beberapa teman dari beberapa negara di antaranya Italy, Perancis, Spanyol, Argentina, Slovakia, Romania, dan Jerman. Tentu saja ada juga beberapa yang bukan lewat CS melainkan teman CS yang merekomendasikan ke temannya dan akhirnya kita bertemu. Bukankan menyenangkan? Bisa betemu teman baru dari belahan dunia yang jaraknya jauh dari tempat kita. Tapi saya juga menerima request dari teman CS Indonesia, beberapa dari Jakarta dan Palu. Bahkan banyak dari mereka yang juga memilih menginap di tempat orang tuaku di Toraja. Sudah tujuh tahun kedua orang tuaku tinggal di sana, kami hingga saat ini belum memiliki rumah pribadi. Jadi jika ada yang ingin berkunjung ke sana, terlebih dahulu saya menjelaskan bahwa mereka harus siap dengan kondisi bersempit-sempit ria, karena orang tuaku hanya menyewa sebuah kosan yang bisa menampung maksimal tiga orang. Hampir sama dengan kosanku saat ini. 

Hal yang paling dalam manfaatnya bagi saya adalah bertemu dengan orang baru bisa membuka pikiran kita mengenai keberagaman budaya, ras, keyakinan, keluarga, musik, buku, makanan, sistem yang membodohi kita, tujuan hidup, dan tentu saja dunia. Kami saling bertukar pengalaman, ide, impian, dan itu sangat bermanfaat bagi saya pribadi. Dunia ini sangat luas kenapa kita menutup diri untuk itu? Dan saya juga percaya bahwa menjalin hubungan tanpa didasari oleh uang melainkan dengan berbagi itu lebih berharga. Saya merasa cukup bersyukur dengan itu semua. Bukankan sebenarnya kita satu keluarga besar di dunia ini? Kenapa kita tidak saling menolong dan berbagi? Itu yang kuanggap tidak dipahami oleh sebagian orang sehingga mereka memilih untuk mementingkan diri sendiri, tidak peduli dengan sekitar, uang adalah segalanya, dan menjadikan mereka tamak dan tak pernah merasa cukup.

Lalu bagaimna acara mengetahui bahwa orang yang mengirimi kita request atau yang ingin kita kirimi request itu bisa dipercaya? Perhatikan profil mereka baik-baik. Di sana ada bagian yang memuat tentang reference. Jadi kita bisa tahu, bagaimana pengalaman orang lain dengan orang ini? Tiap kali sudah bertemu kita diminta menuliskan reference pada orang tersebut sejujur-jujurnya. Jadi kelihatan bagaimana tanggapan orang lain mengenai orang ini, apakah positif atau negatif. Jadi kita bisa pilih-pilih. 

Oya, satu lagi, manfaat besarnya bagi saya adalah saya bisa memperlancar penguasaan bahasa Inggrisku yang sangat buruk. Jangan khawatir kalau kalian tak lancar berbahasa Inggris, inti komunikasi adalah sejauh mana kita saling memahami satu sama lain meskipun agak kacau hehehe. Semakin sering kita praktek semakin lancar dibanding tidak pernah mencoba kan? Toh kita akan saling memaklumi terutama karena bahasa Inggris bukan bahasa ibu kita.

Jika bergabung di CS pertama kali kalian akan mendapatkan email dari salah satu City Ambassador tentu saja berbahasa Indonesia yang menjelaskan tentang CS secara lengkap.

Satu lagi, hal menyenangkn juga adalahCS menyediakan berbagai grup yang bisa kita ikuti perkembangannya. Juga selalu ada gathering bersama CSer yang kota kita, jadi bisa saling bertukar pengalaman mengenai jalan-jalan dan lainnya. Meski saya baru satu kali ikut tapi menyenangkan.

Lalu bagaimana dengan impian saya? Tiap kali saya bertemu dengan teman-teman yang mengirimiku request sebelum berpisah mereka selalu bilang, sampai jumpa di negaraku ;) Bukankah itu harapan besar bahwa tak akan lama lagi saya bisa mewujudkan impian itu? Selalu ada harapan, bukankah itu kunci kita masih bertahan hidup? 

Jadi siap berbagi?

Jumat, 07 Desember 2012

Cukupkah dengan Go Green, Ramah Lingkungan, Ekologis, dan bla bla bla?



(Sumpah ini bukan iklan saya :D)

 foto dari sini
Saya mengenal beberapa teman yang hobby dan merasa sudah turut membantu melestarikan lingkungan jika membeli produk-produk yang ber-logo Green, Ramah Lingkungan, Ekologis, bla bla bla. Paling parah sampai memilih berbelanja di supermarket A dibanding supermarket B hanya karena plastiknya yang berlogo “degradable”. Padahal mereka tidak pernah menge-cek langsung apakah benar produk itu ramah lingkungan? Siapa yang tahu kalau logo kemasan produk mengenai lisensi ramah lingkungannya adalah logo yang mereka buat sendiri alias hanya untuk menarik perhatian kostumernya?
            Tentu saja beberapa tahun belakangan produk berbau Green, Ramah Lingkungan, Ekologis, bla bla bla ini bermunculan di mana-mana, sejak isu global warming juga dibicarakan di mana-mana. Yang membuat saya kemudian jengkel dan sedikit marah (entah sama siapa, hehehe) karena begitu gampangnya orang-orang dipengaruhi oleh dua isu besar ini. Padahal, belakangan yang gencar memasarkan produk dengan sisipan ramah lingkungan itu kan perusahaan besar. Bersama pemerintah, mereka melakukan kampanye besar-besaran agar kita semua merasa wajib dan turut merasa bertanggung jawab untuk melestarikan lingkungan dan mencegah dampak pemanasan global. Dampak dari apa yang sebenarnya mereka adalah penyebab utamanya : menebang hutan seenaknya, menyebar polusi dan limbah besar-besaran, dan tawaran gaya hidup yang tidak ramah lingkungan. Semua itu, siapa yang mampu melakukan selain perusahaan besar dan dukungan pemerintah?
            Setelah kita terpengaruh dan tergugah karena merasa kitalah yang menyebabkan bumi ini rusak, beramai-ramailah kita meneriakkan anti pemanasan global. Dan berkat dukungan pemerintah dengan sokongan dana dari perusahaan besar (baca: greenwashing) maka maraklah kita mengadakan berbagai kegiatan kampanye dan terbentuklah berbagai komunitas yang bertujuan untuk mengurangi dampak pemanasan global itu. Muncul-lah aksi tanam berjuta-juta milyaran pohon yang kadang diselingi agenda kampanye politik, setelah itu tak ada yang peduli apakah bibit pohon itu tumbuh atau mati. Diadakanlah konser, bazaar, dan acara amal  bertajuk pelestarian lingkungan yang memakan dana berpuluhan juta, dan setelahnya sampah bertebaran di mana-mana. Berbagai perusahaan berlomba-lomba menjadi sponsor acara ramah lingkungan, padahal produk yang mereka buat sangat berbahaya bagi lingkungan. Diadakannya tempat sampah yang terbagi atas sampah kering dan sampah basah, namun pada proses pengangkutan sampah, tetap saja dicampur dalam satu truk. Dan tentu saja menyerbu produk-produk asal ber-logo Green, Ramah Lingkungan, Ekologis, dan bla bla bla…
            Faktanya adalah mereka sang dalang (baca: pemerintah dan pengusaha perusahaan) yang turut andil atas rasa khawatir kita yang berlebihan mengenai pemanaan global, tetap dengan gaya hidup mereka yang sama sekali tidak Green, Ramah Lingkungan, Ekologis, dan bla bla bla… Mereka menggunakan mobil ke mana-mana (not bike to work), tetap menggunakan tissue di setiap aktivitas mereka, buang sampah di sembarng tempat, jika berbelanja tidak pernah menggunakan tas kain, sama sekali tidak berminat untuk Hemat Energi (apalagi mematikan listrik meski hanya se-jam), sedangkan aktivitas daur ulang? Mana mereka sempat?
            Setahun lalu, saya mengikuti KKN Penanganan sampah Kota yang tentu saja mengandung sisipan sesuatu di dalamnya, saya ikut karena kebetulan gratis dan saya butuh nilai KKN untuk menyelesaikan studi tentunya. Selama hampir dua bulan, saya bersama seluruh peserta KKN pusing sendiri bagaimana melakukan penanganan sampah di kota ini. Masalahnya begitu kompleks. Jalan keluarnya? Bahkan saat penarikan tiba, kami hanya bisa melakukan hal-hal kecil, sedanya dan semampu kami. Menangani sampah kota itu, nihil.
             Saya teringat pelajaran agama Islam waktu SMA, konon tujuan manusia diciptakan ke dunia sebagai khalifah untuk menjaga bumi bersama isinya. “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat : ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata : ‘Mengapa Engkau hendak menjadikah (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Quran : Al Baqarah ayat 30)
            Jika benar itu tujuan kita manusia diciptakan, maka beruntunglah kita yang tidak begitu banyak terlibat dalam pengrusakan bumi. Tapi ngomong-ngomong, Malaikat ada benarnya, manusia memang hanya membuat kerusakan dan gemar menumpahkan darah. Kalau begitu, mungkin saja apa yang diramalkan suku Maya mengenai kiamat tahun 2012 ini adalah benar. Kiamat mungkin bagi suku Maya adalah tumpahnya darah akibat peperangan di mana-mana dan bumi yang semakin rusak. Tentu saja akibat dari haus kekuasaan dan keserakahan beberapa pihak yang takut hidup sederhana.
            Kembali ke pembahasan mengenai Go Green, Ramah Lingkungan, Ekologis, dan bla bla bla. Kenapa kita masih harus percaya dengan produk-produk yang semakin membuat kita tak yakin itu? Kenapa bukan kita saja yang membatasi diri untuk mengurangi hasrat berbelanja? Kenapa tidak untuk memakai lagi apa yang kita punya? Berbagi dengan teman? Mendaur ulang sendiri barang yang sudah tak dipakai? Dan mencoba memenuhi kebutuhan yang bisa dibuat sendiri?

Jumat, 30 November 2012

Senang bisa belajar menikmati hidup dari dua orang ini


Mestinya tulisan ini kuposting pada tanggal 21 November, tapi lantaran akses internetku yang  terhambat beberapa hari belakangan, jadilah postingan ini ter-upload baru sekarang.
Oke kita mulai membicarakan dua orang ini. Yang pertama, namanya Syafruddin namun senang ia jika dipanggil Made, dan lebih sangat senang jika dipanggil pergi minum ballo' hehehe. Tentu saja Made dengan penyebutan "e” pepet bukan "e" taling, karena jika "e" taling maka akan terdengar namanya seperti nama orang Bali. Padahal ia murni berdarah Bugis, tepatnya Bugis Soppeng-Wajo. Konon ia lahir pada tahun 1963, ia sendiri tak begitu yakin, hanya sebuah perkiraan dari daya ingat saudara perempuannya. Bagaimana mungkin ia bisa mempertanyakan lebih tepatnya, jika sejak SD ia sudah yatim piatu. Tidak akan ada yang bisa mengingat persisnya kini, katanya. Lagipula menurutnya tahun kelahiran tidak begitu penting kecuali untuk mengisi berbagai formulir dan data-data, selain itu ia tidak merasa tahun kelahiran penting untuk diketahui tepatnya. Entahlah.
Sejak remaja ia sudah terbiasa mencari uang sendiri, dengan mencoba berbagai jenis pekerjaan, mulai dari membantu pamannya berjualan, berkebun, sampai menjadi supir angkot. Pekerjaan terakhir lah yang kemudian ia pilih untuk ia jalani mencari uang dan hingga kini masih ia kerjakan. Bahkan, berkat pekerjaan itulah, ia bertemu perempuan yang membuatnya jatuh cinta kemudian ia nikahi. Namanya Nurmi, dialah orang kedua yang akan saya ceritakan.
Sebenarnya Nurmi memiliki nama yang sangat ia sukai sejak kanak-kanak. Ia bahkan pernah nekat mengganti namanya untuk ditulis dalam rapor sekolah mengajinya yang kemudian dalam ijazah juga dengan nama yang sama,Widiarti. Namun, kemudian ia kembali menggunakan nama yang diberikan oleh Bapaknya hari hingga kini, entah dengan pertimbangan apa.
Nurmi lahir pada tahun 1971, tentu saja usia keduanya cukup jauh berbeda.
Keduanya bertemu di Sengkang. Saat Nurmi masuk pesantren Asadiyah tingkat Aliyah. Saat itu Made sudah berprofesi sebagai supir angkot. Sepertinya lebih tepat jika kisah mereka dinamakan "Cinta Bersemi Di Atas Pete-Pete" hehehe. Made dianggap cukup berani waktu itu, sekitar tahun 1986-1987 memiliki seorang pacar tentu tidak semudah sekarang. Tak ada telepon genggam yang bisa menghubungkan sepasang kekasih kapan saja jika ada pula, terlebih facebook atau twitter, jika ingin kencan tentu harus bertemu langsung. Tak ada kata janjian lewat pesan singkat terlebih dahulu. Maka, Made seringkali harus berhadapan dengan paman Nurmi yang terkenal galak, bahkan pernah sekali ia dipukuli oleh si Paman karena dianggap lancang mengajak Nurmi keluar untuk sekedar jalan-jalan.  Belakangan, Made disarankan untuk segera melamar kekasihnya saja.  Tentu bukan hal yang gampang, lantaran Nurmi masih berstatus siswa Madrasah Aliyah kelas dua. Keluarga nya menentang.
Dengan sedikit ancaman ke kakak perempuannya, bahwa jika ia tidak menikah dengan Nurmi, ia akan pergi meninggalkan kampung, jadilah seluruh keluarga berusaha agar lamarannya diterima. Dan resmilah keduanya menjadi sepasang suami istri pada tanggal 21 November 1987.
Setelah menikah, Nurmi masih melanjutkan sekolahnya,tapi tidak  berlangsung lama. Keduanya memilih merantau ke kota Ujung Pandang. Dengan alasan bahwa menurut kepercayaan orang Bugis, karena keduanya sama-sama anak urutan ketiga dari saudara-saudaranya, maka rejeki tak akan datang jika mereka mencarinya di dalam kampung sendiri, mereka harus ke kampung lain.
Kota Ujung Pandang menjadi pilihan dengan bekal kemampuan Made mengendarai mobil, ia bekerja di Perusahaan Taspi Trading Coy alias perusahaan bis antar kota Piposs. Untuk menjadi supir bis di sebuah perusahaan, tentu tidak  sekedar bisa mengemudi. Made harus melewati jenjang karir ala kantoran, mulai dari jadi kernet, sopir mobil servis penumpang, lalu naik jadi sopir bantu, kemudian bisa menjadi sopir utama. Butuh waktu yang cukup lama untuk mencapainya.
Dua tahun setelah menikah, barulah mereka dikaruniai anak perempuan. Saat itu Nurmi baru berusia 18 tahun. Karena tidak bekerja, ia menjalani hari-harinya sebagai ibu rumah tangga, sesekali menjahit dan merajut pakaian anak pertamanya. Anak perempuan itu mereka beri nama Besse Megawati, dan dua tahun kemudian anak keduanya lahir mereka beri nama Rahmat Zulkifli. Anak perempuannya sering sakit dan dianggap namanya yang memberikan pengaruh besar atas kondisi tubuhnya yang lemah. Jadilah Besse Megawati diganti menjadi Eka Wulandari.
Nah,kira-kira sampai di sini kalian sudah tahu kan siapa yang saya bicarakan? Mari kita lanjutkan, tentu saja dengan model bercerita, saya sudah masuk dalam kisah ini! ^^
Made dan Nurmi memiliki sebuah rumah kayu mungil yang rangkanya dibuat di kampung, lalu dibawa ke Makassar. Dindingnya berbahan anyaman bambu, yang kita kenal di Makassar dengan sebutan gamacca. Saya sangat suka rumah itu, terlebih warna dindingnya, biru muda. Letak rumah kami persis di samping got besar dalam kompleks. Kami cukup lama tinggal di kompleks Piposs, jalan Dahlia,kecamatan Mariso. Hingga tahun 1998-1999, perusahaan menjual kompleks perumahannya untuk diubah menjadi perumahan yang cukup elit, Pesona Taman Dahlia.
Akhirnya kami pindah ke jalan Deppasawi, di samping kampus Atma Jaya. Saya juga sangat menyukai posisi rumah kami di sana, ada sawah luas di depannya, lalu ada empang, dan tentu saja karena cukup dengan berjalan kaki atau naik sepeda, kita sudah bisa sampai di pantai yang kini berbayar jika ingin dikunjungi, Akkarena. Tidak cukup lama, sekitar lima tahun, semuanya berubah. Sawah di depan rumah kami ditimbuni dan dibangun perumahan Tanjung Bunga. Di depan rumah kami berdiri tembok tinggi, tak ada lagi jalan pintas menuju pantai.
Rumah kami tak pernah sepi, selalu ada keluarga yang dan tinggal di rumah kami. Kami cukup bahagia dengan itu semua. Saya dan Upi-adikku, senang singgah di bengkel Piposs jika pulang sekolah untuk menunggui Made selesai memastikan mobilnya siap untuk dikendarai lagi malam hari nantinya. Oya, dulu ketika kami berdua SD, Made sudah pada posisi supir utama sebuah bis, ia memilih rute perjalanan malam. Jadilah kami sering ikut keliling-keliling, mulai Palopo hingga Mamuju. Tiap pekan, ada satu hari libur dan kami akan menghabiskannya dengan menikmati nasi goreng di Pantai Losar atau sekedar ber-karaoke di rumah. Dan saya sangat menikmati itu semua.
Tapi tentu saja dalam setiap keluarga ada saja suatu permasalahan yang muncul, dan kita mesti cukup kuat untuk bertahan. Ketika saya berusia 10 tahun, Made memilih untuk menikah lagi. Tentu saja ini cukup mengejutkan dan membuat suasana keluarga kami tegang. Yang mengagumkan adalah Nurmi tetap bertahan dengan bersedia dipoligami. Sangat sabar menurutku. Nurmi pernah bilang, bagaimanapun Made punya hak untuk memilih jalan yang ia mau. Nurmi sangat yakin Made adalah orang yang bertanggung jawab. Dan terbukti, meski kami pernah berada di masa yang cukup menyedihkan, namun kini kami masih bertahan dan menikmatinya, tentu saja kami bisa melewatinya. Made dan Nurmi mengajarkan saya bahwa jika adalah sebuah kesalahan yang pernah mereka lakukan, menghindar bukan cara yang baik. Menghadapi dan tentu saja belajar dari kesalahan itu.
Sejak SMA saya tak lagi tinggal bersama mereka. Dan yang membuat saya hingga saat ini mengagumi keduanya, karena rasa percaya mereka berikan pada saya untuk memilih dan menjalani segala keputusanku sendiri. Apapun itu, meski tentu saja mereka punya beberapa harapan ini itu, tapi tetap saja keputusan pada saya sendiri. Saya bebas ke mana saja, tentu saja dengan tanggung jawab pada resiko yang siap kuhadapi sendiri, keduanya selalu mendukung. Saat SMA saya memilih jurusan Bahasa, lalu saat kuliah saya memilih pindah jurusan, atau adikku yang memilih berhenti sekolah sebelum tamat SMP, keduanya hanya selalu bilang: kau yang jalani, kami hanya bisa mendukung.
Jika hari ini saya begitu menikmati duniaku sendiri,  itu berkat keduanya yang tidak pernah mengekangku. Made juga selalu membiasakan kami, anak-anaknya untuk tidak begitu serius dan santi menikmati hidup. Suatu waktu, ketika saya bilang sedang sangat sibuk pada suatu pekerjaan, Made mengirimiki pesan singkat "Jangan mau diatur sama pekerjaan, mestinya kau yang atur pekerjaan, jangan kayak saya sekarang" Hehehe...
Saat ini Made dan Nurmi memilih menetap di sebuah rumah kos di Toraja, keduanya masih percaya tentang ramalan orang Bugis dulu mengenai rejeki mereka. Made masih berprofesi sebagai sopir tujuan Makassar-Toraja di sebuah perusahaan bis baru, Metro Permai. Nurmi berjualan aksesoris di Pasar Makale. Rumah kos yang sangat kecil itu juga tak pernah sepi. Banyak teman saya dan Upi pernah datang ke sana, semacam  menjadi tempat singgah buat backpacker hehehe. Nurmi pernah bilang, yaaa meski kita bukan orang kaya, tapi setidaknya dengan cara itulah Tuhan memberikan kita kesempatan untuk berbagi. Ya, setidaknya kalau  tak sempat keluar negeri, paling tidak sudah ada yang mengingat kita di luar negeri. Hehehe...
Oya, dari pernikahan Made yang kedua, juga dikaruniai dua orang anak, perempuan dan laki-laki. Namanya Tri dan Aldi. Kami sering menghabiskan waktu bersama di akhir pekan, atau berkumpul di Toraja jika libur panjang tiba.
Bukankah kedua orang ini cukup keren? ;)
Tanggal 21 kemarin, usia pernikahan mereka mencapai 25 tahun, empat hari sebelumnya usiaku mencapai 23 tahun. Cukup untuk kami semua belajar memaknai kehidupan ini. Tak ada harapan pasti, hanya ingin tetap menikmati hidup sampai kapanpun kita bisa bertahan.
Selamat hari ulang tahun pernikahan Made dan Nurmi ^^

Sabtu, 28 April 2012

Perasaan dulu Dos, terus apa lagi itu Windows?




Kira-kira seperti itu pertanyaan yang muncul di kepalaku saat belajar menggunakan komputer di ruangan Osis SMA. Seingatku, saat SMP, pertama kali menyentuh barang yang bernama komputer itu sistem yang diperkenalkan bernama Sistem DOS. Atau saya yang salah ingat?
Seperti itulah hubungan saya dengan mesin canggih satu itu. Saat saya kelas satu SMP pada tahun 2001, masih sebagai siswa baru di SMP Negeri 1 Makassar ada pelajaran Keterampilan Komputer, kami wajib membeli sebuah buku bersampul biru dengan gambar perangkat komputer, ada tulisan Pengantar DOS di sana. Yang membuat saya takjub saat itu, kami bisa menyimpan beberapa data mengenai sahabat kami. Pekan depan saat pelajaran Keterampilan Komputer itu tiba lagi, data itu masih tersimpan, “Huaaaaaaaa hebat sekali benda ini,” pikirku saat itu.
Sayangnya saya harus pindah sekolah ke kampung mamaku pada caturwulan ke-2, padahal saya belum juga mengerti kenapa data saya masih tersimpan dalam sebuah kotak bernama komputer itu selama berhari-hari? Apa penyebabnya?
Bersekolah di kampung, tentu saja tak bisa menemukan laboratorium komputer seperti yang ada di Makassar. Saya pindah ke sekolah SMP Negeri 2 Pitumpanua, sebuah sekolah yang cukup jauh dari ibukota kecamatan. Maka saya pun mengubur rasa penasaran terhadap benda satu itu.
Beruntung saat SMA di tahun 2005, saya bisa bersekolah di sebuah SMA yang fasilitasnya cukup lengkap. Lokasinya berada dalam ibukota kabupaten, tepatnya di SMA Negeri 3 Sengkang, Wajo.
Saya menjadi pengurus Osis yang ruangannya dilengkapi fasilitas komputer. Jadilah tiap hari saya pulang sampai sore dari sekolah hanya karena harus menunggu giliran menggunakan komputer, sekedar belajar. Beberapa temanku yang bersekolah di SMP kota Sengkang, sudah lancar menggunakannya. Di SMP mereka disediakan laboratorium komputer. Tertolonglah saya dengan bantuan mereka.
Saya heran sekaligus senang karena sistem operasinya sudah menggunakan Windows, itupun baru kutahu beberapa tahun setelahnya. Kita tidak perlu meng-input kode-kode sebagai perintah atau semacamnya ala DOS untuk menyimpan data. Berkat komputer itu, saya bisa mengetik cerpen-cerpen yang selama ini kutulis tangan. Dan bisa mengirimnya ke Makassar untuk dimuat koran-koran, sebab syaratnya cerpen yang dikirim harus dalam bentuk print out bukan tulisan tangan. Walau akhirnya lebih banyak ditolak daripada dimuat juga, hehehe.
Saat kelas tiga SMA, saya sudah lancar mengetik ini itu. Maka, saat mahasiswa baru di tahun 2007, dengan mantap orang tuaku merespon baik saat saya bilang ingin membeli laptop, karena saya sudah bisa menggunakannya. Setelah menjual rumah yang di Makassar dan mereka memilih menetap di Toraja, saya kebagian jatah untuk membeli laptop di awal ramadhan tahun 2007 dari hasil jual rumah kami.
Saya membeli Acer Aspire 4315 atas saran teman kost yang berkuliah di STIMIK Dipanegara. Hal yang utama bagi saya dalam memilih laptop saat itu adalah webcam. Hahaha… dengan begitu saya bisa memotret diriku sendiri, lantaran handphone ku saat itu tidak memiliki kamera. Saya tidak tahu sama sekali perihal spesifikasi dan semacamnya. Yang kutahu saat itu, saya butuh laptop untuk mengetik tugas, bermain game, berfoto, mendengarkan musik, memutar CD atau DVD, dan terjun di dunia maya, itu saja.
Hingga kini laptop itu masih kugunakan, bahkan dalam mengetik tulisan ini. Meski sudah banyak bagiannya yang tidak berfungsi. Bagiku, laptop ini adalah pengganti rumahku. Saya menyimpan banyak kenangan di sini.
Laptopku sering bermasalah, kena virus lah, tidak bisa connect dengan internet lah. Dan satu-satunya tempat yang kutuju jika ada masalah dengan laptop ku adalah tempatku membeli laptop tersebut di MTC. Saya harus mengeluarkan uang minimal Rp 50.000 tiap kali memperbaikinya. Padahal bisa saja kerusakannya tidak begitu parah.
Nah, beruntung sekali lagi saya dapat pacar yang senang mengutak atik komputer. Jadi tiap kali ada masalah pada laptopku, dia yang mengatasinya. Hehehe…
Kembali persoalan DOS dan Windows, sampai saat tulisan ini kubuat, saya tidak begitu paham tentang keduanya. Sungguh! Mungkin setelah mem-posting cerita ini, saya akan mencari tahunya. ;)



*tulisan ini untuk dimuat di kolom PENYIGIAN komunitas Tanah Indie. Silahkan cek di sini.

Minggu, 11 Maret 2012

Kurns, Saya Mencintai Akbar

Saya bertemu dengannya pertama kali saat perayaan May Day tahun 2008. Dia melemparkan senyum, tentu saja kubalas dengan cepat. Saat itu rambutnya masih sangat panjang, terurai. Hari itu kulihat dia sangat bersemangat, hingga perayaan usai, kami berada dalam angkot yang sama, perjalanan pulang. Setelah itu, saya tak pernah lagi bertemu dengannya. Toh, saya pun tak tahu siapa dia, tak ada alamat yang tersisa untuk mencaritahu siapa dia, dan saat itu saya tak punya urusan dengannya.

Barulah sekitar satu tahun kemudian, sekitar bulan Februari 2009, saya menemukan fotonya bersama seorang temanku di suatu jejaring sosial. Sedang menggunakan toga, dikelilingi oleh temannya. Kutanyalah temanku, namaya Dedi. Dedi kemudian menyebutkan namanya, lalu berceritalah Dedi bahwa yang wisuda itu bukan dirinya, melainkan kakaknya.

Setelah itu saya melihatnya pertama kali di kolong, fakultas Sastra Unhas. Saat sedang menikmati kopi bersama Lalat dan Nunu, dia datang menawari buku. Saya antusias mengenai buku itu, Lalat dan Nunu santai saja, padahal saya tak pernah berkenalan dengannya. Toh kemudian, cuma saya yang membeli buku yang ia tawarkan tersebut. Lalu saya meminta nomor hp nya lewat Amin, dengan maksud menagih pembatas buku yang ia janjikan beserta poster-poster yang katanya sebagai bonus buatku. Setelah itu, urusan kami selesai.

Lalu beberapa hari kemudian kami terlibat komunikasi kembali, gara-gara film. Saat itu, saya bersama teman-teman Kamp0eng Sas7ra mengadakan bedah film dan perpustakaan mini di fakultas. Saya bertugas mencari film dan menyediakan buku. Seorang teman, Wahyu, menyarankan untuk mencari film Into the Wild kepada dia, katanya dia mengoleksi film-film keren. Jadilah kami semakin sering berkomunikasi, bahkan setelah kegiatan usai. Kami sempat saling bersapa melalui email, namun kemudian dia menyerah lantaran baginya tak masuk akal kami selalu bertemu dan komunikasinya lewat dunia maya. Sepakatlah kami untuk berbincang-bincang secara langsung. Perbincangan kami selalu berlangsung lama dan tentunya selalu menarik. Dia tak suka terlibat pada diskusi yang membuat kening berkerut, begitu pula dengan saya. Setelah melewati berbagai obrolan seru, sepakatlah kami untuk jalan bersama tanpa ritual tembak menembak.

Kurang lebih seperti itu awal pertemuan kami, melalui buku dan film. Saya sangat mengaguminya karena ketertarikannya pada banyak jenis bacaan yang menarik. Dia selalu saja memberi rujukan buku-buku keren untuk kubaca. Saya sangat menyenangi laki-laki cerdas seperti dia.

Tahun lalu ia memutuskan untuk berhenti kuliah. Tentu saja ini bukan hal yang begitu mengejutkan bagi saya, terlebih mamanya. Konon, saat berumur sekitar 5 tahun, saat ia ditanya akan menjadi apa? Dia menjawab ingin menjadi penjual bakso, ia memiliki keranjang sebagai gerobak bakso dengan botol bekas kemasan bedak yang dijadikan sebagai botol kecap dan sambal untuk bermain. Namun beberapa tahun kemudian, cita-citanya berubah, TAK INGIN JADI APA-APA. “Memang saat anak-anak lain berlomba-lomba menyebut dokter sebagai cita-citanya, anakku yang satu itu malah bilang tidak mau jadi apa-apa,” kenang mamanya.

Kami selalu saling mendukung satu sama lain. Dia selalu saja memberikan sesuatu yang bermanfaat pada tiap ketertarikanku. Misalnya, saat senang bermain origami dan craft, dia mendownload-kan banyak tutorial tentang itu, tiba-tiba saya tertarik ikut komunitas sketsa dia pun dengan senang hati mengantar jemput di saat dia sempat serta mencarikan panduan-panduan membuat sketsa, jika ada musisi yang kugemari dia pun akan mencarikan lagu-lagu pesananku kadang lengkap dengan videonya. Saat ini saya bekerja sambilan sebagai editor, dia pun selalu memberikan rujukan bacaan mengenai bahasa dan penggunaannya. Sedangkan buku dan film? Tak usah ditanya, saya adalah perempuan paling beruntung karena selalu mendapat kejutan darinya.

Kami sama-sama senang menulis, senang membaca, senang mendengar musik, meski pada banyak hal kami berbeda. Tapi dia adalah pacar yang bijak, sangat bijak. Berkali-kali saya melakukan kesalahan, dia menanggapinya dengan baik, tidak dengan marah, mungkin karena usianya yang lebih tua dua tahun. Dia sangat dewasa menghadapi segala hal. Dia cukup pendiam, memilih diam. Itulah sebab banyak orang yang menganggap saya beruntung karena jarang ada perempuan yang bisa akrab dengannya, dia terlalu dingin katanya. Tapi saya banyak belajar darinya, pada banyak hal. Tentu saja dialah orang yang paling berpengaruh pada hidupku saat ini, tiga tahun belakangan. Saya berhutang banyak padanya (materi dan non materi, hahaha…).

Dia satu-satunya pacar yang kukenalkan pada orang tuaku, pada keluargaku. Dia membuat saya yakin dan memilih untuk hidup bersama dengannya, tentunya sampai kami berdua bisa bertahan. Dia mengajarkan saya untuk tidak bergantung kepada siapa pun. Kami adalah manusia yang tak suka pada hal-hal yang mengekang kehidupan kami, dan berusaha untuk tidak membiarkan satu pun menentukan langkah-langkah kami. Bahkan urusan perasaan sekali pun. Selama bersamanya, saya bahkan pernah jatuh cinta pada laki-laki lain. Tentu saya punya hak, dan dia tidak menentangnya sama sekali, meski saya tahu dia bisa jadi sakit hati. Toh, kami selalu membicarakannya dan menyelesaikan jika ada masalah yang terjadi, jika tak bisa berbicara secara langsung, surat adalah alat terampuh.

Saya pernah mencintai seseorang yang calon pacarnya memanggilnya kecebong jangkung, saya juga pernah jatuh cinta pada seorang maba yang dengan polos meminta diajari pacaran ala orang dewasa. Keduanya memiliki dunia berbeda dan masing-masing menarik. Meski kemudian tidak ada yang terjadi setelahnya, sebab tentu saja mereka tak bisa menerima kalau saya lancang jatuh cinta pada mereka sedangkan saya juga memiliki pacar. Toh, saya juga belum pernah memikirkan untuk menjalin hubungan serius dengan mereka, saya belum punya alasan lebih untuk memilih mereka dibanding dengannya, pacarku.

Tentu kami juga kadang-kadang membayangkan dan membicarakan tentang sebuah ikatan pernikahan, merancang-rancang akan hidup seperti apa nantinya. Tapi itu kadang-kadang, lebih banyak kami memilih untuk melupakannya, lebih banyak kami merancang apa lagi yang bisa diraih hari ini? Hal menyenangkan apa lagi yang bisa dilakukan hari ini? Sebab hari esok pun belum tertulis…

Saya selalu merasa berkecukupan dengan kehidupanku saat ini. Mengenal keluarganya yang hangat, sambutan orang tuaku tentangnya yang baik, berbagi dengannya dan menghabiskan banyak waktu beriringan dengannya membuat saya hidup, semakin hidup!

Oya, saya lupa mengenalkannya pada kalian, namanya Akbar. Namun, konon dengan nama itu dia sakit-sakitan, akhirnya namanya diganti. Dia berulang tahun hari ini, kami selalu berusaha memberikan sesuatu dari hasil karya kami, buatan kami. Tapi kali ini sepertinya kadoku menyusul, tak tepat waktu.

Saya yakin dia tidak begitu suka cerita tentang kami disebar seperti ini, tapi saya hanya ingin berbagi kebahagian saya dengan banyak orang. Kebahagiaan saya mempunyai teman jalan seperti dia. Itu saja! Because happiness only real when share ;)

Dear you, seperti yang selalu kau katakan, seberapa hidupkah kau di usiamu hari ini?

Rabu, 29 Februari 2012

Dari peluncuran buku 9 PENGAKUAN




Ini peluncuran buku yang kutunggu dan mengensankan karena bisa bertemu penyair favorit yang juga temanku, jadi serasa kumpul kangen begitu...hehhehe...