Untuk Maha,
Hai, jika Maha heran, siapa saya?
Kenapa bisa menuliskan surat untuk Maha. Maka jawabannya adalah, saya salah
satu pembaca setia blog yang dibuat oleh Papa Bebi dan Ibu Maha. Itu saja.
Tapi, serasa telah memiliki ikatan batin, Maha seperti bagian dari keluargaku,
bagian hidupku.
Beberapa bulan belakangan, ada dua
anak yang selalu membuatku rindu membaca kisah-kisah terhangatnya, yaitu Maha
dan Kaila. Kalian sukses membuat saya selalu penasaran, seperti saya yang
selalu menunggu buku terbaru Dee. Layaknya Papa bebi yang menunggu lagu-lagu
terbaru Jenni. Hehehe…
Seingatku, hingga saat ini kita
baru dua kali bertemu. Itupun secara kebetulan di UKPM. Selebihnya, saya banyak
tahu tentang Maha melalui dunia maya. Melalui video-video yang di upload di
facebook, melalui foto-foto yang diselipkan orangtua Maha di tiap postingan
blog.
Tentu saja membuat saya cemburu. Pasti
Maha senang punya kotak berharga penyimpan segala cerita bernama
‘www.bapakmaha.blogspot’.com. Tiap saat, Maha bisa menyelami kisah-kisah kecil
yang tak mungkin semuanya bisa tersimpan baik dalam ingatan anak. Besar nanti,
Maha akan banyak belajar dari kisah-kisah yang dikemas baik oleh orangtuamu.
Menitikkan air mata membaca perjuangan-perjuangan sepele namun sangat berarti
besar dari kedua orang tuamu. Tentu saja akan membuatmu semakin bisa memaknai
hidup.
Suatu hari nanti Maha akan seperti
ini “Dengan wajah menghadap ke depan dan pikiran menghadap ke belakang, kau
tampak seperti mobil yang sedang mundur dengan lampu depan menyala terang” kata
Tiya dalam buku yang ditulis Samarpan.
Saya banyak belajar dari tutur Papa
Bebi dan Ibu Maha. Belajar menghadapi seorang anak dengan cinta, dan tentunya
juga saya belajar menjadi anak yang lebih baik. Kadang juga menitikkan air mata
setelah membaca kisah haru Ibu Maha. Dan menyadarkan bahwa menjadi orang tua,
terlebih ibu itu tidak mudah. Orangtua Maha punya semangat yang besar, Maha
harus bangga dan kelak memiliki semangat yang sama. Kadang saya jadi pesimis
sendiri, kelak kalau punya anak, apakah bisa merawat dan membesarkannya dengan
baik? Sepertinya saya harus belajar tegar dan kuat seperti Ibu Maha dulu baru
bisa berpikir untuk punya anak.
Saya menjadi saksi Maha tumbuh dari
hari ke hari, menjadi lebih mandiri, menjadi anak yang cerdas. Pasti sangat
bahagia memiliki keluarga kecil bernama cinta.
Selamat Ulang Tahun Maha, tumbuh
cerdas dan tangguh! Jangan sia-siakan orang terkasihmu. Masih mengutip dari
buku Tiya ‘Hidup itu tentang pernyataan yang tegas’ dan juga ‘dia yang berani
berteriak tegas yang bertahan’.
3 komentar:
mahanya lucu banget, hehehe kalau dekat tak cubitin deh hehe. Salam buat Maha yah sobat, salam dr om auraman hehehe. Oh ya ditunggu loh diblog sayah ada tulisan hangat untuk sobat :D
Iya...Maha memang menggemaskan, apalagi kalau baca kisah-kisahnya...
salam kenal juga :)
saya juga kenal Maha dari cerita senior2 di HI.. :)
Posting Komentar