Ada orang-orang hidup tanpa hirarki sosial, tanpa hak kebangsawanan atas tanah atau monarki, kadang bahkan tanpa pemukiman atau kota-kota. Tidak perlu waktu lama untuk menyimpulkan bahwa inilah sesungguhnya kondisi 'alamiah manusia'.

Sabtu, 28 April 2012

Perasaan dulu Dos, terus apa lagi itu Windows?




Kira-kira seperti itu pertanyaan yang muncul di kepalaku saat belajar menggunakan komputer di ruangan Osis SMA. Seingatku, saat SMP, pertama kali menyentuh barang yang bernama komputer itu sistem yang diperkenalkan bernama Sistem DOS. Atau saya yang salah ingat?
Seperti itulah hubungan saya dengan mesin canggih satu itu. Saat saya kelas satu SMP pada tahun 2001, masih sebagai siswa baru di SMP Negeri 1 Makassar ada pelajaran Keterampilan Komputer, kami wajib membeli sebuah buku bersampul biru dengan gambar perangkat komputer, ada tulisan Pengantar DOS di sana. Yang membuat saya takjub saat itu, kami bisa menyimpan beberapa data mengenai sahabat kami. Pekan depan saat pelajaran Keterampilan Komputer itu tiba lagi, data itu masih tersimpan, “Huaaaaaaaa hebat sekali benda ini,” pikirku saat itu.
Sayangnya saya harus pindah sekolah ke kampung mamaku pada caturwulan ke-2, padahal saya belum juga mengerti kenapa data saya masih tersimpan dalam sebuah kotak bernama komputer itu selama berhari-hari? Apa penyebabnya?
Bersekolah di kampung, tentu saja tak bisa menemukan laboratorium komputer seperti yang ada di Makassar. Saya pindah ke sekolah SMP Negeri 2 Pitumpanua, sebuah sekolah yang cukup jauh dari ibukota kecamatan. Maka saya pun mengubur rasa penasaran terhadap benda satu itu.
Beruntung saat SMA di tahun 2005, saya bisa bersekolah di sebuah SMA yang fasilitasnya cukup lengkap. Lokasinya berada dalam ibukota kabupaten, tepatnya di SMA Negeri 3 Sengkang, Wajo.
Saya menjadi pengurus Osis yang ruangannya dilengkapi fasilitas komputer. Jadilah tiap hari saya pulang sampai sore dari sekolah hanya karena harus menunggu giliran menggunakan komputer, sekedar belajar. Beberapa temanku yang bersekolah di SMP kota Sengkang, sudah lancar menggunakannya. Di SMP mereka disediakan laboratorium komputer. Tertolonglah saya dengan bantuan mereka.
Saya heran sekaligus senang karena sistem operasinya sudah menggunakan Windows, itupun baru kutahu beberapa tahun setelahnya. Kita tidak perlu meng-input kode-kode sebagai perintah atau semacamnya ala DOS untuk menyimpan data. Berkat komputer itu, saya bisa mengetik cerpen-cerpen yang selama ini kutulis tangan. Dan bisa mengirimnya ke Makassar untuk dimuat koran-koran, sebab syaratnya cerpen yang dikirim harus dalam bentuk print out bukan tulisan tangan. Walau akhirnya lebih banyak ditolak daripada dimuat juga, hehehe.
Saat kelas tiga SMA, saya sudah lancar mengetik ini itu. Maka, saat mahasiswa baru di tahun 2007, dengan mantap orang tuaku merespon baik saat saya bilang ingin membeli laptop, karena saya sudah bisa menggunakannya. Setelah menjual rumah yang di Makassar dan mereka memilih menetap di Toraja, saya kebagian jatah untuk membeli laptop di awal ramadhan tahun 2007 dari hasil jual rumah kami.
Saya membeli Acer Aspire 4315 atas saran teman kost yang berkuliah di STIMIK Dipanegara. Hal yang utama bagi saya dalam memilih laptop saat itu adalah webcam. Hahaha… dengan begitu saya bisa memotret diriku sendiri, lantaran handphone ku saat itu tidak memiliki kamera. Saya tidak tahu sama sekali perihal spesifikasi dan semacamnya. Yang kutahu saat itu, saya butuh laptop untuk mengetik tugas, bermain game, berfoto, mendengarkan musik, memutar CD atau DVD, dan terjun di dunia maya, itu saja.
Hingga kini laptop itu masih kugunakan, bahkan dalam mengetik tulisan ini. Meski sudah banyak bagiannya yang tidak berfungsi. Bagiku, laptop ini adalah pengganti rumahku. Saya menyimpan banyak kenangan di sini.
Laptopku sering bermasalah, kena virus lah, tidak bisa connect dengan internet lah. Dan satu-satunya tempat yang kutuju jika ada masalah dengan laptop ku adalah tempatku membeli laptop tersebut di MTC. Saya harus mengeluarkan uang minimal Rp 50.000 tiap kali memperbaikinya. Padahal bisa saja kerusakannya tidak begitu parah.
Nah, beruntung sekali lagi saya dapat pacar yang senang mengutak atik komputer. Jadi tiap kali ada masalah pada laptopku, dia yang mengatasinya. Hehehe…
Kembali persoalan DOS dan Windows, sampai saat tulisan ini kubuat, saya tidak begitu paham tentang keduanya. Sungguh! Mungkin setelah mem-posting cerita ini, saya akan mencari tahunya. ;)



*tulisan ini untuk dimuat di kolom PENYIGIAN komunitas Tanah Indie. Silahkan cek di sini.

3 komentar:

hima-rain mengatakan...

iyo dih ada dibilang dos. kulupai. deh naingatna eka

decorating ideas for bedrooms mengatakan...

Hi Everyone
Aoiniji
Good job, thank you a lot. Glad I've finally found something I agree with!

kitchen tiles mengatakan...

Hi
"Perasaan dulu Dos, terus apa lagi itu Windows?"
Good way of describing this. Good to see that some people really write good content nowadays!
With Best Wishes
bedroom | sofa | kitchen | bathroom | living room