Ada orang-orang hidup tanpa hirarki sosial, tanpa hak kebangsawanan atas tanah atau monarki, kadang bahkan tanpa pemukiman atau kota-kota. Tidak perlu waktu lama untuk menyimpulkan bahwa inilah sesungguhnya kondisi 'alamiah manusia'.
Sabtu, 06 Februari 2010
Seandainya Putri Adel tak cadel lagi
Hai kakak-kakak, perkenalkan nama aku Adel. Umurku tiga tahun. Mungkin saat membaca ini, aku tengah berada di atas kapal atau malah sudah sampai di Jakarta. Kami sekeluarga (Abim, Aan, Mama, dan Dato’) pindah dari Makassar ke Jakarta. Tanggal 30 Januari kami menumpang tinggal di pondok Graha. Kata Dato’ itu pondokan milik Om Roni. Karena rumah kami sudah di jual, makanya sambil menunggu keberangkatan tanggal 5 Februari kami tinggal di sana.
Pondok Graha ramai. Banyak kakak mahasiswa. Ada kak Auren, kak Tongke, kak Oshin, kak Eka, dan kak Titin. Selama sepekan tinggal di sana kami (Aku, Abim, dan Aan) belajar mewarnai di kamar kak Eka, main game lewat computer kak auren dan Oshin, mendengarkak Tongke bernyanyi sambil bermain gitar, dan menonton bersama kak Titin. Aku senang sekali di pondok Graha. Walau kadang-kadang Dato’ memarahi kami karena sering bermain di kamar kakak-kakak itu.
Di dekat pondok Graha ada danau buatan UNHAS yang besar. Kami jika melewatinya sesekali memandangi air, siapa tahu ada ikan.
Oya, Abim itu kakak aku, sedangkan Aan adikku. Kami hanya beda satu tahun antara satu dan lainnya. Satu-satunya anak cewek membuat saya seperti seorang putri, dengan dua pengawal. Hehehe…
Kami senang menonton. Sebab mama sibuk jadi tak ada yang mengajak kami bermain atau jalan-jalan. Hampir semua chanel televisi kami kenali. Program paling kami gemari adalah Idola Cilik. Jika besar nanti aku bercita-cita jadi penyanyi cilik. Tapi kenapa semua yang mendengar cita-citaku itu pasti akan tertawa?
Mama juga pasti capek mengurusi kami bertiga. Aan dan Abim selalu bertengkar. Mungkin anak laki-laki suka begitu ya?
Di Jakarta nanti kami bisa tinggal bersama Papa yang selama ini jarang kami temui karena biaya pulang balik ke Makasaar-jakarta mahal. Aku belum per nah ke Jakarta. Seperti apa ya disana? Apa aku akan dapat teman banyak seperti di Makassar? Atau malah tak ada? Entahlah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar