Ada orang-orang hidup tanpa hirarki sosial, tanpa hak kebangsawanan atas tanah atau monarki, kadang bahkan tanpa pemukiman atau kota-kota. Tidak perlu waktu lama untuk menyimpulkan bahwa inilah sesungguhnya kondisi 'alamiah manusia'.

Senin, 20 September 2010

Tentang Seleksi yang Tak Seksi

Saat saya mulai menuliskan kisah ini, saya tengah menonton pengebaran bendera merah putih dalam rangka perayaan kemerdekaan Indonesia yang ke-65. Tiba-tiba ingat masa SMA dulu, hehehe…

Ya, saat kelas satu SMA saya ikut seleksi penggerek bendera di tingkat sekolah.
Oya, nama sekolahku SMA Negeri 3 Sengkang pake embel-embel Unggulan Kabupaten Wajo (^_~). Berkat tinggi badan yang mencukupi akhirnya saya terpilih jadi tim paskibra sekolah, terus ikut seleksi buat persiapan perayaan 17 Agustus-an kabupaten. Saya lupa berapa banyak yang mewakili sekolahku. Yang pasti saya bersama dua teman sekelasku yang ikut, tak ada yang lolos. Sugiarti tidak lolos gara-gara ada garis-garis biru dilututnya saya lupa apa namanya, terus Mahliana gara-gara tingginya yang tidak mencapai 150. Sedangkan saya, gara-gara cara jalan yang tidak sesuai, hahaha… Mana saya tahu kalau cara jalan juga menentukan? Cara jalanku pas diseleksi ya jalan biasa-biasa saja. Ternyata syaratnya harus yang begaikan jalan di atas satu papan. Huh, mana kutahu?

Karena tidak lolos, saya ikut seleksi paduan suara lagi. Hehehe…saking maunya ikut terlibat dalam acara perayaan 17 Agustusan di kabupaten. Lolos lagi tingkat sekolah. Nah pas mau lanjut ke tingkat kabupaten ternyata tidak pake seleksi lagi. Karena waktu itu yang dapat kesempatan buat jadi pengisi acara paduan suara dari sekolah-sekolah unggulan hehehe… Mulai dari SD unggulan, SMP unggulan, dan SMA unggulan yang ada di Sengkang. Ternyata eh ternyata paduan suara tidak gampang pemirsa. Latihannya makan tenaga juga. Menyanyi sampai menganga-nganga…aaa…aaa…aaa… Tapi yang paling menyenangkan karena ada alas an tidak masuk belajar karena setiap hari latihan (^_~).

Tanggal 17 Agustus 2004 pun tiba. Ada untungnya juga saya tidak lolos paskibra, tempat untuk paduan suara pake tenda, ada tempat duduknya yang jelas kita tidak kepanasan. Terus untungnya gabung paduan suara lagi, kita bebas dari kewajiban ikut jadi peserta upacara biasa, yang cuma berdiri sepanjang upacara, hormat,dan istirahat di tempat, hohohoho… Oya, saya masih ingat yang jadi pemimpin upacara waktu itu adalah Komandan Zainuddin dari TNI AD, dia berulang tahun tepat hari itu, makanya diumumkan.

Bukan cuma itu, malamnya kita diundang makan malam di rumah jabatan Bupati, puassss makan enak gratis pula hehehe…

Terus tahun depannya lagi ikut paduan suara lagi. Eh keterusan tiap ada upacara tim paduan suara sekolahku lagi yang diundang. Tapi pas kelas tiga saya tidak bisa ikut lagi di tim itu. Gara-gara saya disibukkan sama kegiatan pramuka dan persiapan ujian nasional. Huh…padahal saya suka sekali menyanyi sampai menganga-nganga itu…

Ada juga dari tim paduan suara sekolahku yang lolos ke tingkat nasional. Namanya Siti Rahbiatul Wahdania Herman. Sejak kelas satu dia lolos paduan suara di Istana Negara, eh akhirnya dia keterusan dipanggil mewaikili Sulawesi Selatan tiap tahun sampai dia tamat SMA. Suaranya memang asli keren, mengagumkan memang! Bikin berdecak kagum. Saya selalu berharap bisa dapat kesempatan kayak dia. Pas dia tamat, saya kelas dua, tapi tak ada kabar bahwa seleksi paduan suara dibuka lagi. Entah karena tahun itu memang tidak ada, atau jatah Kabupaten Wajo sudah habis, atau saya yang gagap informasi atau mungkin ada tapi sengaja tidak disebarkan hehehe... Maklum, yang kayak begituan kan banyak yang mau ikut. Sama seperti yang lolos paskibra pas saya kelas dua, lebih banyak yang lolos karena bapaknya kebetulan pejabat waktu itu. Nah, dari situ saya tak lagi tertarik sama yang namanya seleksi-seleksi begituan.

Pas kuliah orangtua suruh ikut seleksi pramugari Haji. Berat rasanya ikut, tapi terpaksa ikut...Walhasil tidak lolos...(Namanya juga tidak ikhlas...) hehehe...

Jadi...hikmahnya adalah........... (ndak tau juga apa? ^_^)


Tidak ada komentar: