Ada orang-orang hidup tanpa hirarki sosial, tanpa hak kebangsawanan atas tanah atau monarki, kadang bahkan tanpa pemukiman atau kota-kota. Tidak perlu waktu lama untuk menyimpulkan bahwa inilah sesungguhnya kondisi 'alamiah manusia'.

Selasa, 23 September 2008

Kutunggu di Rumah Kenangan


Nak masihkah kau ingat rumah kita?
Berpagar bambu
Berwarna hijau

Kau ingat?
Kita merasa terhebat ketika menebusnya dengan uang dua juta delapan ratus ribu

Nak, rumah kita masih bernomor 10 di lorong 4
Tak berubah

Di halamannya masih kokoh bale-bale buatanmu

Jika malam merayap, kau menuntunku ke sana
Menikmati taburan bintang tepat di ubun-ubun kita

Nak, bukankah itu romantis?
Kini sanggupkah kau biarkan dirimu melupakannya?
Seberapa kuat kau bertahan menatap bintang tanpaku?

Hanya aku Nak
Hanya aku yang tahu semua itu
Bahkan melebihi gadis-gadis yang saat ini dipelukanmu

Nak, jika petualanganmu usai
Kembalilah ke rumah kita, beristirahatlah

Kapanpun itu
Aku kan menantimu

Sudah kusiapkan bantal kesukaanmu
Serta sisir pujaanmu
Pangkuan dan belaian jemariku

Maka, sekali lagi
Kembalilah jika kau ingin beristirahat
Atau sekedar melpas lelah
Lalu kembali berpetualang

Kan kuterima Nak

Tidak ada komentar: