(Sumpah ini bukan iklan saya :D)
foto dari sini
Saya
mengenal beberapa teman yang hobby dan merasa sudah turut membantu melestarikan
lingkungan jika membeli produk-produk yang ber-logo Green, Ramah Lingkungan, Ekologis,
bla bla bla. Paling parah sampai memilih berbelanja di supermarket A dibanding supermarket
B hanya karena plastiknya yang berlogo “degradable”. Padahal mereka tidak
pernah menge-cek langsung apakah benar produk itu ramah lingkungan? Siapa yang
tahu kalau logo kemasan produk mengenai lisensi ramah lingkungannya adalah logo
yang mereka buat sendiri alias hanya untuk menarik perhatian kostumernya?
Tentu saja beberapa tahun belakangan
produk berbau Green, Ramah Lingkungan, Ekologis, bla bla bla ini bermunculan di
mana-mana, sejak isu global warming juga dibicarakan di mana-mana. Yang membuat
saya kemudian jengkel dan sedikit marah (entah sama siapa, hehehe) karena
begitu gampangnya orang-orang dipengaruhi oleh dua isu besar ini. Padahal,
belakangan yang gencar memasarkan produk dengan sisipan ramah lingkungan itu kan perusahaan besar. Bersama
pemerintah, mereka melakukan kampanye besar-besaran agar kita semua merasa
wajib dan turut merasa bertanggung jawab untuk melestarikan lingkungan dan
mencegah dampak pemanasan global. Dampak dari apa yang sebenarnya mereka adalah
penyebab utamanya : menebang hutan seenaknya, menyebar polusi dan limbah besar-besaran,
dan tawaran gaya
hidup yang tidak ramah lingkungan. Semua itu, siapa yang mampu melakukan selain
perusahaan besar dan dukungan pemerintah?
Setelah kita terpengaruh dan
tergugah karena merasa kitalah yang menyebabkan bumi ini rusak,
beramai-ramailah kita meneriakkan anti pemanasan global. Dan berkat dukungan
pemerintah dengan sokongan dana dari perusahaan besar (baca: greenwashing) maka maraklah kita mengadakan
berbagai kegiatan kampanye dan terbentuklah berbagai komunitas yang bertujuan
untuk mengurangi dampak pemanasan global itu. Muncul-lah aksi tanam
berjuta-juta milyaran pohon yang kadang diselingi agenda kampanye politik,
setelah itu tak ada yang peduli apakah bibit pohon itu tumbuh atau mati. Diadakanlah
konser, bazaar, dan acara amal bertajuk
pelestarian lingkungan yang memakan dana berpuluhan juta, dan setelahnya sampah
bertebaran di mana-mana. Berbagai perusahaan berlomba-lomba menjadi sponsor
acara ramah lingkungan, padahal produk yang mereka buat sangat berbahaya bagi
lingkungan. Diadakannya tempat sampah yang terbagi atas sampah kering dan
sampah basah, namun pada proses pengangkutan sampah, tetap saja dicampur dalam
satu truk. Dan tentu saja menyerbu produk-produk asal ber-logo Green, Ramah
Lingkungan, Ekologis, dan bla bla bla…
Faktanya adalah mereka sang dalang
(baca: pemerintah dan pengusaha perusahaan) yang turut andil atas rasa khawatir
kita yang berlebihan mengenai pemanaan global, tetap dengan gaya hidup mereka yang sama sekali tidak
Green, Ramah Lingkungan, Ekologis, dan bla bla bla… Mereka menggunakan mobil ke
mana-mana (not bike to work), tetap menggunakan tissue di setiap aktivitas
mereka, buang sampah di sembarng tempat, jika berbelanja tidak pernah
menggunakan tas kain, sama sekali tidak berminat untuk Hemat Energi (apalagi
mematikan listrik meski hanya se-jam), sedangkan aktivitas daur ulang? Mana
mereka sempat?
Setahun lalu, saya mengikuti KKN
Penanganan sampah Kota
yang tentu saja mengandung sisipan sesuatu di dalamnya, saya ikut karena
kebetulan gratis dan saya butuh nilai KKN untuk menyelesaikan studi tentunya. Selama
hampir dua bulan, saya bersama seluruh peserta KKN pusing sendiri bagaimana
melakukan penanganan sampah di kota
ini. Masalahnya begitu kompleks. Jalan keluarnya? Bahkan saat penarikan tiba,
kami hanya bisa melakukan hal-hal kecil, sedanya dan semampu kami. Menangani
sampah kota
itu, nihil.
Saya teringat pelajaran agama Islam waktu SMA,
konon tujuan manusia diciptakan ke dunia sebagai khalifah untuk menjaga bumi
bersama isinya. “Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para Malaikat : ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi.’ Mereka berkata : ‘Mengapa Engkau hendak menjadikah (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal
kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan
berfirman “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Quran
: Al Baqarah ayat 30)
Jika benar itu tujuan kita manusia
diciptakan, maka beruntunglah kita yang tidak begitu banyak terlibat dalam
pengrusakan bumi. Tapi ngomong-ngomong, Malaikat ada benarnya, manusia memang
hanya membuat kerusakan dan gemar menumpahkan darah. Kalau begitu, mungkin saja
apa yang diramalkan suku Maya mengenai kiamat tahun 2012 ini adalah benar.
Kiamat mungkin bagi suku Maya adalah tumpahnya darah akibat peperangan di
mana-mana dan bumi yang semakin rusak. Tentu saja akibat dari haus kekuasaan
dan keserakahan beberapa pihak yang takut hidup sederhana.
Kembali ke pembahasan mengenai Go
Green, Ramah Lingkungan, Ekologis, dan bla bla bla. Kenapa kita masih harus
percaya dengan produk-produk yang semakin membuat kita tak yakin itu? Kenapa
bukan kita saja yang membatasi diri untuk mengurangi hasrat berbelanja? Kenapa
tidak untuk memakai lagi apa yang kita punya? Berbagi dengan teman? Mendaur
ulang sendiri barang yang sudah tak dipakai? Dan mencoba memenuhi kebutuhan
yang bisa dibuat sendiri?
3 komentar:
cool, and agreed!
:D
selalu sepakat denganmu mengenai hal ini :)
Bonoism suck, aren't it?
:p
Hahaha... tapi saya suka suaranya om Bono :p
Maaf numpang berteduh sekaligus baca2 tulisan2nya.. terimakasih..
Posting Komentar